Sejarah Balai Diklat Tambang Bawah Tanah

Penambangan batubara di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari sejarah tambang-tambang tua yang didirikan pada zaman kolonial Belanda, khususnya di wilayah Propinsi Sumatera Barat. Untuk mengelola tambang-tambang tersebut, pemerintah kolonial Belanda mendirikan sekolah ataupun tempat untuk mendidik tenaga kerja tambang yang siap pakai.

Sebagaimana dipaparkan oleh Erwiza Erman dalam disertasinya yang berjudul “Miners, managers and the state: A socio-political history of Ombilin Coal Mines, West Sumatera, 1892-1996” (BDTBT n.d.). Usaha ini dimulai dengan mendirikan Mijnbouw School pada tahun 1918 yang diperuntukan untuk mengisi kekosongan tenaga pengawas tambang di wilayah penambangan Ombilin. Pada awalnya calon siswa Mijnbouw School harus memiliki ijazah Hollandsen Inlandse School (HIS),  tetapi pada tahun 1925 persyaratan diubah menjadi diploma Meer Uitgebreide Lagere Onderwijs (MULO), berusia antara 17 dan 21 tahun, dan bisa berbicara bahasa Belanda dengan lancar. Pada tahun 1934 sekolah ini ditutup selama empat tahun pada tahun 1934 dikarenakan terjadinya depresi besar.

Setelah Jepang mengambil alih pendudukan Indonesia dari Belanda, Jepang pun melanjutkan sekolah pertambangan dengan kurikulum yang sama dengan Mijnbouw School pada tahun 1943, hanya saja namanya diubah menjadi Koo-In-Yo-Seizyo.

Setelah zaman kemerdekaan dan pasca Perang Dunia II Pemerintah Indonesia melalui Tambang Batubara Ombilin mendirikan Sekolah Teknik Tambang Menengah (STTM) pada tahun 1953. STTM ini merupakan penerus dari Mijnbouw School dan kurikulumnya pun tidak jauh berbeda. STTM sempat ditutup sebanyak dua kali, penutupan yang pertama ketika terjadi pemberontakan PRRI (1958-1961) dan penutupan yang kedua dimulai pada tahun 1968-1987. Pada tahun 1987 STTM dibuka kembali dan pindah ke lokasi Balai Diklat Tambang Bawah Tanah (BDTBT) sekarang, kemudian pada tahun 1992 berubah nama menjadi Lembaga Pelatihan dan Pendidikan Tambang (LPPT). LPPT ini memiliki tingkatan pendidikan yang berbeda dengan STTM, yaitu setingkat diatas STTM. Calon siswa LPPT ini merupakan tamatan dari STTM atau SMA.

Pada akhir tahun 1996 Pemerintah Pusat melalui Departemen Pertambangan Umum menjembatani Lembaga Pelatihan dan Pendidikan Tambang (LPPT) Ombilin dalam hal kerja sama dengan John Batman Australia dan berakhir pada tahun 2000. Pada tahun 2001 lembaga ini resmi diserahkan ke Departemen Pertambangan Umum melalui Pusat Pendidikan dan Pelatihan Teknologi Mineral dan Batubara yang kemudian bekerja sama dengan Japan International Coorporate Agensi (JICA).  Kerja sama ini merupakan bukti adanya perkembangan positif dalam kegiatan pengembangan OMTC sebagai satu-satunya lembaga diklat yang menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan Tambang Bawah Tanah. Untuk itu perlu didukung dengan pembentukan lembaga formal sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan OMTC pun diusulkan menjadi Unit Pelaksana Teknis (UPT) Balai Diklat Tambang Bawah Tanah (BDTBT).

Proposal pembentukan UPT tersebut disampaikan sejak tahun 2001 kepada Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dengan Surat Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 3113/12/MEM.S/2002 tanggal 16 September 2002, dan pada tanggal 3 Desember 2002 upaya pembentukan UPT tersebut telah dilakukan berdasarkan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1724 tanggal 3 Desember 2002.

WhatsApp chat