Akhir Sejarah Tambang Bawah Tanah Jerman

Oleh :

Darius Agung Prata

Widyaiswara Madya Balai Diklat Tambang Bawah Tanah

Sejarah pertambangan batubara bawah tanah di dunia tidak terlepas dari sejarah pertambangan batubara Jerman. Tambang batubara bawah tanah pertama Jerman dibuka pada tahun 1820an yang merupakan penggerak dan pendukung revolusi industri di Jerman baik pada masa perang dunia pertama hingga perang dunia kedua (bloomberg.com). Industri pertambangan batubara di Jerman menggerakkan sektor manufaktur dalam memproduksi alat-alat yang dibutuhkan dalam industri pertambangan. Merk-merk seperti Liebher, Drager, Wirtgen, masih banyak dipakai dan digunakan di seluruh dunia hingga saat ini, merupakan contoh dari industri manufaktur yang berkembang dari penjualan alat tambang Jerman.

Keputusan politik penutupan pertambangan batubara bawah tanah di Jerman telah dimulai semenjak tahun 2007. Pada tahun itu, masih terdapat sekitar 33.000 pekerja tambang batubara bawah tanah dan staff lainnya yang bekerja di industri ini. Sementara sampai akhir Desember tahun 2018 tertinggal hanya sekitar 3000 orang pekerja saja (E&MJ, 2019). Tambang bawah tanah terakhir yang ditutup di Jerman adalah tambang Prosper-Haniel di Bottrop. Penambangan batubara di daerah Bottrop ini telah dimulai semenjak tahun 1863 (dw.com). Tambang batubara Prosper-Haniel sendiri merupakan perusahaan gabungan antara Collier Prosper dan Collier Haniel pada tahun 1974. Potongan batubara terakhir yang diambil dari kedalaman 1000 meter dari tambang Prosper-Haniel diberikan secara simbolis kepada Presiden Jerman Frank-Walter  Steinmeier oleh Juergen Jakubeit yang merupakan Mine Foreman Tambang Prosper-Haniel pada hari Jumat tanggal 21 Desember tahun 2018.

Kebutuhan batubara sebagai bahan bakar pembangkit listrik bagi Jerman sebenarnya masih cukup tinggi, dimana sekitar dua perlima pembangkitnya merupakan pembangkit listrik batubara. Salah satu faktor dikeluarkannya kebijakan penutupan ini tentu saja dilihat dari sisi keekonomian, dimana dari tahun 1996 pemerintah Federal Jerman telah mengeluarkan  61 milyar euro (E&MJ)) untuk mensubsidi industri pertambangan yang dipakai untuk perawatan dan pembersihan lingkungan (apnews.com). Dalam beberapa dekade ke depan, Jerman akan mengimpor batubara terutama dari Rusia dan Amerika dan Columbia Canada (bloomberg.com).

Penutupan sebuah industri secara total pada suatu negara, tentu saja akan menimbulkan efek berantai pada industri pendukungnya. Hal ini juga kemungkinan akan terjadi dengan adanya penutupan tambang batubara bawah tanah terakhir di Jerman ini. Sebagaimana dikatakan oleh Dr. Michael Schulte Strathaus, ketua Federasi Teknik Jerman (VDMA), industri manufaktur peralatan tambang pada tahun-tahun mendatang akan sangat tergantung dari penjualan di luar negeri.

Di Indonesia sendiri, perkembangan penambangan batubara dengan metode tambang bawah tanah masih belum menjadi teknologi yang menjadi andalan. Hal ini disebabkan banyak faktor yang antara lain dikarenakan masih banyaknya cadangan dekat dengan permukaan yang dapat diambil dengan menggunakan metode tambang terbuka. Sebagaimana rilis dari Badan Geologi Kementerian ESDM, saat ini sumber daya tambang terbuka (batubara yang berada hingga kedalaman 100 m) masih terdapat sekitar 129 milyar ton. Sedangkan sumber daya batubara bawah tanah tercatat hingga 43 milyar ton. Besarnya cadangan batubara yang berjumlah hingga  sepertiga dari cadangan tambang terbuka ini, merupakan peluang bagi Indonesia di masa depan untuk mencukupi kebutuhan energinya. Sehingga era penambangan batubara dengan tambang bawah tanah di Indonesia belumlah akan selesai dalam waktu dekat sebagaimana yang terjadi di Jerman saat ini.

Namun pada tahun 2019 ini, tambang batubara Sawahluwung yang dimiliki oleh PTBA UPO telah memasuki akhir operasinya. Tambang ini merupakan tambang yang cukup bersejarah di Indonesia, karena operasinya sendiri yang telah dimulai semenjak tahun 1980 dan saat ini merupakan tambang batubara bawah tanah tertua di Indonesia. Berbagai macam teknologi penambangan dan peralatan modern tambang bawah tanah telah diaplikasikan di tambang ini. Semoga ke depan teknologi penambangan yang telah dikuasai dari beroperasnya tambang ini, dapat terus dilestarikan melalui adanya perubahan tambang Sawahluwung menjadi Lubang Pendidikan Sawahluwung oleh PTBA UPO. Bangsa yang besar tidak pernah akan melupakan sejarahnya. Melalui sejarah kita akan mendapatkan pengetahuan yang akan menjadi dasar bagi inovasi untuk dapat menemukan sendiri metode yang tepat sesuai kebutuhan kita di masa depan.

WhatsApp chat