Cadangan Sejarah

1858-1872

Penemuan Batubara

Pada tahun 1858 ditemukannya emas hitam atau yang lebih dikenal dengan batubara, pertama kali oleh Ir C De Groot van Embden di pantai timur Sumatera tepatnya di Muara sungai Ombilin Batang Kuantan.

Gubernur Jenderal Hindia Belanda kala itu, Pieter Mijer, menunjuk langsung ahli geologi Willem Hendrik De Greve untuk melakukan penelitian lebih rinci keadaan batubara di Ombilin (Sawahlunto). Pada tahun 1867 De Greve memperkirakan terdapat 200 juta ton batubara di beberapa lokasi. Yaitu: Parambahan, Sigalut, Lembah Sugar, Durian (Waringin), Sungai Durian, Sawah Rasau dan Tanah Hitam.

Pada 22 Oktober 1872 Willem Hendrik De Greve meninggal di sungai Kuantan, dan dikuburkan di pinggir sungai Kuantan Nagari Durian Gadang.

1876-1880

Lubang Tambang Bawah Tanah

Setelah Willem Hendrik De Greve meninggal, dan atas persetujuan pemerintah Belanda, pada tahun 1876 dirintislah pertambangan batubara di daerah Sawahlunto. Penelitian batubara dilanjutkan oleh RDM Verbeck dan YA Hooze untuk melakukan persiapan penggalian batubara di Ombilin, dan merancang sistem transportasi pengangkutan batubara dari Sawahlunto ke Telul Bayur (Padang).

Berdirinya lubang tambang bawah tanah batubara pertama di Sawahlunto (Sungai Durian) yang dibuat oleh Belanda pada tahun 1880. Lubang tambang bawah tanah Sungai Durian sempat ditutup beberapa tahun kemudian dikarenakan tidak adanya transportasi untuk mengangkut batubara dari Sungai Durian ke Sawahlunto. Lubang tambang bawah tanah ini terhubung langsung ke beberapa lubang tambang yang berada di daerah Sawahlunto yakni: Lubang Durian (Waringin), Lubang Tembok, Lubang Sawah Rasau (Karanganyar).

1891-1950

Penjara Orang Rantai

Seiringan dengan proses pembangunan rel kereta api dari Sawahlunto ke Teluk Bayur (Padang), Belanda membuat kembali Lubang tambang di daerah Durian (Waringin). Pada jaman inilah masa kejayaan batubara, dampak dari peristiwa tersebut, maka dibukalah kembali Lubang tambang Sungai Durian. Transportasi pengangkutan batubara dari lubang tambang Durian menggunakan menggunakan kerbau.

Pada tahun 1925 terbentuk Penjara Sawahlunto, dikenal dengan “Penjara Orang Rantai”.

Seiring dengan berakhirnya kekuasaan kolonial Belanda di tanah air, para karyawan Indonesia kemudian berjuang menuntut perubahan status tambang menjadi pertambangan nasional. Pada 1950, Pemerintah Republik Indonesia kemudian mengesahkan pembentukan Perusahaan Negara Tambang Arang Bukit Asam (PN TABA) Pada 1981, PN TABA kemudian berubah status menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk, yang selanjutnya disebut Perseroan. Dalam rangka meningkatkan pengembangan industri batu bara di Indonesia, pada 1990 Pemerintah menetapkan penggabungan Perum Tambang Batubara dengan Perseroan.

1953-1992

Sekolah Teknik Tambang Menengah

Terbentuknya Sekolah Teknik Tambang Menengah (STTM) Ombilin (sekarang Balai Pendidikan Dan Pelatihan Tambang Bawah Tanah). STTM Ombilin diresmikan pembukaannya pada bulan Mei 1953. Pembukaan kembali Pasca PD-II, banyak para pengawas ikut berjuang sehingga TBO(Tambang Batubara Ombilin) kekurangan Pengawas, ditutup tahun 1968.

Kemajuan teknologi pertambangan mendorong dibukanya kembali Sekolah Teknik Tambang Menengah (STTM) yang bearada di bawah pengelolaan PT. Bukit Asam. dan diresmikan sebagai tahun ajaran baru oleh Bapak Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Barat pada tanggal 19 September 1987.

Pada tanggal 31 Juni 1992, STTM Ombilin berubah status menjadi Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Tambang (LPPT) Ombilin. Lembaga ini telah menghasilkan sejumlah lulusan berupa tenaga tekhnik terdidik bidang tambang, mesin tambang, listrik tambang yang cukup handal dan berkualitas. Semua lulusan digunakan oleh PT. BA terutama dalam kegiatan operasi penambangan batubara Ombilin Sawahlunto dan Tanjung Enim, hanya sebagian kecil dari lulusan LPPT Ombilin bekerja di luar PT BA.

1996-2000

Ombilin Mines Training College

Pada tanggal 20 Agustus 1996, LPPT Ombilin berubah menjadi Ombilin Mines Training College melalui penandatanganan MOU kerja sama pengembangan kurikulum dan metoda diklat antara YPTTPO dengan John Batman Institute of Tafe(JBIOT) Australia. Misi dari kerja sama ini adalah pembentukan suatu lembaga pendidikan dan pelatihan bidang pertambangan bertaraf internasional dan mandiri. JBIOT menempatkan 2 orang tenaga ahli ( principal dan curriculum specialist) guna mendukung pengembangan materi pelatiahn tidak hanya untuk tambang bawah tanah tetapi juga juga perawatan alat-alat berat untuk tambang terbuka.

Pada tahun 2000 diadakan kerja sama antara pemerintah Indonesia (Departemen Pertambangan dan Energi) dengan pemerintah Jepang (JICA). Kerja sama dengan pemerintah Jepang tersebut didasarkan kepada Records of Discussionantara Dirjen Pertambangan Umum yang ditandatangani pada tanggal 19 Oktober 2000.

2001-2003

Perkembangan JICA

Kerja sama tersebut berupa Program Alih teknologi Tambang Batubara Bawah tanah dalam bentuk: Bantuan Asistensi tenaga ahli ( experts) jangka panjang dan pendek untuk bidang tambang, keselamatan tambang, teknologi mesin tambang, teknologi listrik tambang, dan teknologi lingkungan berkaitan dengan tambang batubara bawah tanah. Bantuan hibah peralatan praktikum dan fasilitas pelatihan yang didatangkan langsung dari Negara Jepang. Durasi kerja sama ini berlangsung selama 5 tahun, terhitung dari tanggal 01 April 2001 sampai dengan 30 Maret 2006. Secara operasional JICA menempatkan tim ahli di Balai Pendidikan dan Pelatihan Tambang Bawah Tanah yang saat itu di bawah pimpinan Mr. Hiroaki TATSUNO sebagai JICA Team Leader, 1 orang coordinator dan 5 tenaga ahli jangka panjang. Mulai tahun 2004 JICA Team dipimpin oleh MR. Katsuhiko SEO didamping oleh 1 orang coordinator dan 3 orang tenaga ahli.

Ombilin Mines Training College (OMTC) berubah menjadi Balai Diklat Tambang Bawah Tanah (BDTBT) dan resmi pindah ke Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (KESDM). Berdasarkan keputusan Menteri ESDM Republik Indonesia No. 1724 Tahun 2002, tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Diklat Tambang Bawah Tanah (BDTBT).

2004-2013

Balai Diklat Tambang Bawah Tanah

Pendirian BDTBT diresmikan oleh Menteri Purnomo Sugiantoro pada tanggal 14 Mei Tahun 2004.

Berdasarkan Permen ESDM No 10 Tahun 2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Diklat Tambang Bawah Tanah. Balai Pendidikan dan Pelatihan Tambang Bawah Tanah sebagaimana tertulis dalam Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor: 10 Tahun 2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pendidikan dan Pelatihan Tambang Bawah Tanah menyelenggarakan fungsi sebagai berikut: Penyusunan rencana dan program pendidikan dan pelatihan, Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan, Pelaksanaan kerja sama pendidikan dan pelatihan, Pengelolaan sistem informasi pendidikan dan pelatihan, Pelaksanaan evaluasi pendidikan dan pelatihan, Pelaksanaan standar teknis pendidikan dan pelatihan serta pengembangan kurikulum, Pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan dan pelatihan; dan Pelaksanaan ketatausahaan, kepegawaian, keuangan dan rumah tangga.

WhatsApp chat